Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) merupakan upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan guna meningkatkan daya dukung, produktivitas, dan peranannya dalam menjaga sistem penyangga kehidupan.
Rehabilitasi mangrove bertujuan memulihkan kawasan hutan mangrove yang mengalami kerusakan, meningkatkan tutupan hutan mangrove serta meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
Hutan mangrove dapat menyimpan karbon 4-5 kali lipat lebih banyak daripada hutan tropis daratan sehingga akan berkontribusi besar pada penyerapan emisi karbon.
Rehabilitasi wilayah pantai berpasir merupakan upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi pantai yang sebelumnya telah mengalami kerusakan melalui kegiatan revegetasi dengan jenis-jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat (Wibisono, 2015). Kegiatan rehabilitasi wilayah pantai berpasir yang mempertimbangkan banyak aspek tentu tidak mudah dan diperlukan formulasi serta strategi yang sesuai dengan keadaan lapangan untuk meningkatkan keberhasilan rehabilitasi tersebut. Langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan penerapan rekayasa silvikultur. Rekayasa silvikultur merupakan suatu teknik atau metode yang dilakukan pada suatu lingkungan tempat tumbuh agar suatu pohon dapat tumbuh dengan layak (Danarto, 2021).
Penanaman mangrove harus memperhatikan 3 aspek penting, yaitu ekologi, sosial, dan ekonomi. Secara ekologi, pemulihan mangrove perlu memperhatikan kondisi lahan dengan kesesuaian jenis mangrove yang ditanam, sehingga bibit mangrove dapat bertahan dan beradaptasi di lokasi tanam. Hal ini disebut dengan zonasi mangrove. Indonesia memiliki kekayaan jenis mangrove tertinggi di dunia. Namun, ketika jenis mangrove tertentu ditanam bukan pada habitatnya, walau masih pada ekosistem mangrove, maka mangrove yang ditanam tidak akan tumbuh maksimal, bahkan mati.
Secara sosial, pelibatan masyarakat sekitar pada kegiatan rehabilitasi mangrove menjadi penting. Pegiat CSR harus menempatkan masyarakat setempat sebagai subyek sekaligus mitra untuk mencapai tujuan bersama. “Dari awal, semua pihak harus memiliki mindset bahwa tanggung jawab dan keberhasilan harus ditanggung dan dirasakan bersama,
Terkait aspek ekonomi, program rehabilitasi mangrove dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kegiatan budi daya perikanan, ekowisata, dan pengelolaan buah mangrove menjadi kuliner khas daerah setempat. Area rehabilitasi mengrove yang berhasil dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata oleh Yayasan KEHATI antara lain, Desa Pandansari Brebes di Jawa tengah, Desa Binanga Kabupaten Majene Sulawesi Selatan, dan beberapa daerah lain yang sedang dalam proses pengembangan.
“Secara garis besar, ketepatan dalam mengonsepkan program rehabilitasi mangrove merupakan kunci sukses keberhasilan rehabilitasi mangrove. Hal ini dimulai dari penyusunan perencanaan, implementasi dan monitoring serta evaluasi program rehabilitasi dengan memperhatikan aspek ekologi, sosial dan ekonomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar