Sawdust atau yang dikenal limbah gergajian yang berupa serbuk kayu dan serpihan kayu saat ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan di beberapa industri dan sebagai bahan ekspor.
SAWDUST DI INDUSTRI PELLET
LIMBAH hasil olahan kayu sengon berupa serbuk gergaji (sawdust) dan serpihan kayu (wood chips) ternyata mampu mendatangkan devisa bagi negara. Sebagian pelaku usaha Tanah Air sudah mengekspor sejumlah komoditas tersebut ke Korea Selatan (Korsel) untuk dimanfaatkan animal bedding dan media budi daya jamur. “Kejelian para pelaku usaha bisa membantu mereka mendapat peluang ekspor. Siapa sangka limbah pengolahan kayu sengon ternyata diminati di Korsel
Sumber: https://mediaindonesia.com/ekonomi/274795/indonesia-ekspor-limbah-olahan-kayu-ke-korsel
SAWDUST UNTUK PEMBUATAN ARANG BRIKET
Proses dimulai dari pencampuran bahan baku serbuk kayu dari berbagai jenis yang telah diformulasikan rasio persentasi nya dan dicampur / aduk secara manual dengan bantuan wheel loader.
Setelah proses pencampuran manual itu dilakukan, selanjutnya bahan baku serbuk kayu sawdust yang telah tercampur itu dimasukkan ke dalam raw material sawdust tank lalu di alirkan pada conveyor menuju mesin mixer atau pencampur yang membuat campuran bahan baku yang berasal dari berbagai jenis kayu tersebut dapat tercampur semakin sempurna dan disinilah penentu kualitas arang briket sawdust dimulai dengan bobot 30%.
Dari mixer, serbuk kayu yang telah tercampur sempurna tersebut dialirkan kembali melalui ducting ke mesin rotary dryer yang dibantu pengeringannya dengan menggunakan jet blower cyclone agar serbuk kayu tersebut dapat memiliki kekeringan yang sangat optimal sebelum masuk ke mesin briket high presssure extruder.
Di proses mesin briket high presssure extruder inilah bobot 30% kualitas dari hasil akhir arang briket sawdust ini di pertaruhkan.
Dari mesin press, serbuk kayu yang telah menjadi briket di alirkan melalui conveyor untuk di kumpulkan ke dalam briket tank lalu kemudian di distribusikan ke dalam oven kiln stove karbonisasi.
Proses di tungku karbonisasi ini memberikan bobot 40% dari kualitas hasil akhir arang briket sawdust nantinya.
Karbonisasi ideal dilakukan selama 15 hari dengan rincian 7 hari burning, 7 hari cooling dan 1 hari unloading.
Jenis kayu yang dapat digunakan sebagai bahan baku arang briket sawdust terdiri dari berbagai jenis kayu hutan alami tropis indonesia yang biasa di klasifikasikan sebagai kayu keras untuk bahan baku mebel, furniture, decking, flooring, pallet, plywood dan industri kayu lainnya.
Co_FAIRING SAWDUST DAN BATUBARA DI PLTU
Co-firing merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batu bara di PLTU. Biomassa bisa diambil dari limbah pertanian, limbah industri pengolahan kayu, hingga limbah rumah tangga, serta tanaman energi yang ditanam pada lahan kering atau dibudidayakan pada kawasan Hutan Tanaman Energi seperti pohon Kaliandra, Gamal dan Lamtoro.
Melalui co-firing, PLN mampu dengan cepat meningkatkan bauran energi terbarukan tanpa melakukan investasi untuk membangun pembangkit baru.
"Manfaat lain dari co-firing ini juga menjadi salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan sampah/ limbah di Tanah Air
Tidak ada komentar:
Posting Komentar